TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN SBAR

Contoh Scipt penerapan teknik komunikasi SBAR di Rumah Sakit   Situation (s) Sebutkan: Salam, Identitas pelapor dan asal ruang perawatan, Identitas pasien, dan Alasan untuk melaporkan kondisi pasien, secara subyektif dan obyektif. Dengan kata-kata: Assalamualaikum/Selamat pagi/siang/malam dok, saya Perawat Dewi dari ruangan HCU RSUD Provinsi NTB, Hendak melaporkan pasien Tn/Ny/An. X. Saat ini kondisi pasien Apatis/gelisah dengan GCS E4V3M5 tanda-tanda vital. TD: 90/52 mmHg MAP 65 , N: 65x/mnt, RR: 30X/mnt, SPO2 : 96%. Produksi drain dalam 3 jam post op sebanyak 500cc. Urin 100 cc pekat.    Background (B) Sebutkan: Latar belakang pasien, yaitu Riwayat Penyakit Sekarang (RPS), Alasan pasien dirawat inap (bila rawat inap), Pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan  Terapi yang diterima pasien sampai saat itu (yang signifikan).   Diagnosa medis Ca. Endemotrium post His

ASKEP GANGGUAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
           
       Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
            Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit.
            Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.

ASUHAN  KEPERAWATAN  JIWA
TN. B DENGAN  RESIKO BUNUH DIRI
DI  RUANG  MAWAR RSJ SELAGA ALAS MATARAM
NTB


Tgl MRS                                : 5 Januari 2010
Tgl Pengkajian                      : 10 April 2011
Ruang                                     : Mawar

 

A.    Pengkajian

1.      Identitas Klien

Nama Lengkap      : Tn. B
Usia                       : 45 tahun
Jenis Kelamin        : Laki-laki
Status                    : Kawin
Alamat                  : Kediri, Lobar

2.      Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah pasien

3.      Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.

4.      Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
 Masalah Keperawatan:
1.      Resiko bunuh diri
2.      Risiko perilaku kekerasan
3.      Harga diri rendah

5.      Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.

6.      Psikososial
Genogram :






 
                                                                      
                                                                                         
                                                                                           








 




Keterangan:           laki-laki
                              perempuan
                              klien

7.      Konsep diri
1.      Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
2.      Identitas
Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.
3.      Peran Diri
Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil
4.      Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun keluarganya seperti dulu.
5.      Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.

8.      Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.

9.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b.      Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

10.  Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

11.  Kebutuhan Persiapan Pulang.
12.  Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
13.  Pohon masalah

Right Arrow: Penyebab
Koping maladaptif

 
Right Arrow: CPText Box: Perilaku bunuh diri (suicide)Right Arrow: Akibat
Resiko mencederai diri
 
\

14.  Analisa data

Diagnosa
Data mayor
Data minor
Resiko bunuh diri
Subyektif:
-          Mengatakan hidupnya tak berguna lagi
-          Inggin mati
-          Menyatakan pernah mencoba bunuh diri
-          Mengancam bunuh diri
Obyektif:              
-          Ekspresi murung
-          Tak bergairah
-          Ada bekas percobaan bunuh diri
Subyektif:
-          Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
-          Mengatakan lebih baek mati saja
-          Mengatakan sudah bosan hidup
Obyektif:
-          Perubahan kebiasaan hidup
-          Perubahan perangai

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1.      Perilaku bunuh diri
DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

2.      Koping maladaptif
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
                                                                                                     
15.  Rencana Tindakan Keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri

Pasien:
a.       Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.      Tujuan khusus
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien 
1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2.     Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan:

2.1. Jauhkan klien dari benda‑benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain‑lain).
2.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
2.3. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3.      Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
3.1.    Dengarkan keluhan yang dirasakan.
3.2.    Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
3.3.    Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
3.4.     Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti  penderitaan, kematian,  dan lain‑lain.
3.5.    Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.

4.      Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber‑sumber internal individu.
4.4. Bantu mengidentifikasi sumber‑sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal‑hal untuk diselesaikan).

5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
5.1.    Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman‑pengalaman yang menyenangkan  setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).
5.2.    Bantu untuk mengenali hal‑hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
         pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
5.3.Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

6.      Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
6.1.    Kaji dan manfaatkan sumber‑sumber ekstemal individu (orang‑orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
6.2.    Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
6.3.    Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling  pemuka agama).

7.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
7.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
7.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
7.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
7.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.



Keluarga
1.      Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
              Tindakan:
1.1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian
1.2.Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekita pasien
1.3.Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri
1.4.Menjelaskan kepada keluarga pentingnya passion minum obat secara teratur.
2.      Tujuan: pasien mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri
Tindakan:
1.1.Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a.       Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul pada pasien
b.      Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien beresiko bunuh diri
1.2.Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
a.       Mengajarkan keluarga tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b.      Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
-          Memberikan  tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang mudah di awasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah
-          Menjauhkan barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri, seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti racun nyamuk atau racun serangga.
-          Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apa bila ada tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
c.       Menganjurkan keluarga untuk malaksanakan cara tersebut diatas.
1.3.Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apa bila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a.       Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b.      Segera membawa pasien kerumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan bantuan medis.
1.4. Mencari keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
a.       Memberikan informasi tentang nomor telpon darurat tenaga kesehatan
b.      Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/control secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya
c.       Menganjurkan keluarga uuntuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar pemberian obat.

CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

NO
TGL/JAM
DIAGNOSA KEP
TINDAKAN
EVALUASI
1.
10/4/2010
PK.10.00 WIB
Resiko Bunuh Diri
Sp I Pasien
1.      Membina hubungan saling percaya dengan klien
2.      Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3.      Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
4.      Melakukan kontrak treatment
5.      Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

Sp II Pasien

1.      Mengidentisifikasi aspek positif pasien
2.      Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
3.      Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga

Sp III Pasien
1.      Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
2.      Menilai pola koping yng biasa dilakukan
3.      Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4.      Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
5.      Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian

Sp IV Pasien
1.      Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2.      Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3.      Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis

SP 1 Keluaga
1.      Mendiskusikan massalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2.      Menjelaskan pengertia, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis prilaku yang di alami pasien beserta proses terjadinya
3.      Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

SP II Keluarga
1.      Melatih keluarga
mempraktekan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
2.      Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diri.

SP III Keluarga
1.      Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat\
2.      Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga
S :
Klien mengatakan sudah mencoba belajar berkenalan namun masih enggan untuk dilakukan

O:
Klien aktif dan memperhatikan selama latihan berkenalan dengan perawat

A:
Klien sudah tahu cara berkenalan dengan menyebutkan nama,asal,hobi

P:
Lanjutkan berkenalan dengan orang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT Refrika Aditama
Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

          

 

SP RESIKO BUNUH DIRI
PASIEN
Ø  SP I Pasien: Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Orientasi:
Perawat             : “Assalamu’alakum, Selamat pagi M’ba Ayu. Perkenalkan saya perawat Nova. yang bertugas di ruang mawar ini saat ini, saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.” “Bagaimana perasaan M’ba Ayu hari ini?”
M’ba Ayu          : “Hari ini saya sangat sedih dan jengkel Ners”
Perawat             : “Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang M’ba Ayu rasakan dan alami selama ini. Saya siap kok mendengarkan semua cerita M’ba, bagaimana apa M’ba bersedia?
M’ba Ayu          :”Baik Ners saya bersedia,” (Menggukan kepala tanda setuju)
Perawat             : Kalau begitu dimana kita bisa bicara dan berapa lama kita bisa bicara?
M’ba Ayu          : “Ditaman, saya suka duduk menyendiri disana, satu jam”
Perawat             : “Baiklah kalau begitu, mari kita kesana”
 Tahap Kerja:
Perawat             : “Sekarang M’ba bisa cerita bagaimana perasaan M’ba setelah Pacar M’ba yang sangat M’ba cintai menghamili dan meninggalkan M’ba menikah dengan wanita lain ini terjadi?.
M’ba Ayu          : “Saya sangat terpukul dan sedih Sus, saya fikir dunia kan berahir detik itu juga. Saya binggung dan malu sudah mencoreng arang di wajah keluarga saya, saya benar-benar anak yang tak berguna.”
Perawat             : “Apa karena hal tersebut M’ba merasa menjadi orang paling menderita di bumi ini?
M’ba Ayu          : “Saya rasa lebih dari menderita Ners, saya sangat sensara dan merasa kehidupan saya telah hancur dan menderita, tak ada gunanya lagi saya hidup.”
Perawat           : “Bagaimana dengan kepercayaan diri M’ba, apa merasa kehilangan percaya diri?              M’ba merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
M’ba Ayu          :”Saya sangat malu dengan keluarga, tentangga dan teman-teman saya karena menjadi aip dan mencoreng arang di muka keluarga saya”
Perawat             :” Apakah M’ba merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”
M’ba Ayu          : “Sering Ners, mungkin memang ini semua salah saya, telah semudah itu percaya dengan  laki-laki brengsek itu. Seandainya saja saya mendengar nasehat ibu dan keluarga saya”.
Perawat             : “Apa M’ba juga sering mengalami kesulitan berkonsentrasi”
M’ba Ayu          :” Saya sangat pusing dengan semua ini. Jangankan berkonsentrasi berfikir jernih saja saya sangat susah”
Perawat             : “Apa pernah terbesit dalam fikiran M’ba untuk menyakiti diri/bunuh diri atau baM’ba inggin mati”
 M’ba Ayu         : “Saya pernah mencoba gantung diri di kamar mandi rumah saya dengan seutas tali jemuran tapi saya akhirnya gagal karena ditolong tetangga saya dan saya juga sering menyayat pergelangan tangan saya. Bagi saya tidak ada gunanya lagi saya hidup, saya tidak berguna”. (menunjukkan pergelangan tanggam)
Perawat             : “Baiklah, setelah saya mendengar cerita M’ba tampaknya M’banya membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk menggahiri hidup”.  Saya juga perlu memeriksa seluruh isi kamar M’ba untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan (seperti gunting, pisau, cermin dan benda tajam lainya). Mulai sekarang saya juga takkan membiarkan M’ba sendiri.” Apa yang M’ba lakukan jika keinginan bunuh diri itu muncul?’
M’ba Ayu          :” Saya sering menggigit, membenturkan kepala dan menyakiti diri saya sendiri”
Perawat             :” Baiklah, mulai sekarang kalau keingginan itu muncul M’ba harus langsung meminta tolong kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau perawat yang sedang sift, keluarga atau teman jika sedang besuk M’ba untuk mengatasi keingginan M’ba tersebut serta katakana kepada mereka jika ada dorongan untuk bunuh diri.” M’ba juga jangan sendiri ya, cobalah untuk berkumpul dan berinteraksi denga teman M’ba yang laen. Apa M’ba paham dengan yang saya katakan?
M’ba Ayu          : “Ya Ners. saya akan berusaha mencoba”
Perawat             : “Saya seneng mendengar nya, saya percaya baM’ba Ayu dapat mengatasi masalah ini, OKAY?”
Terminasi
Perawat             : “Bagaimana perasaan M’ba sekarang setelah mengetahui cara mengetahui perasaan keingginan bunuh diri?”
M’ba Ayu          :“saya sudah sedikit lebih tenang, terima kasih Ners”
Perawat             :” Bisa M’ba sebutkan kembali cara tadi yang saya telah jelaskan?
M’ba Ayu          : (menyebutkan kembali cara)
Perawat             : “saya akan menemani M’ba Ayu terus sampai keingginan bunuh diri M’ba hilang” (jangan tinggalkan pasien)

Ø  Sp II Pasien: meningkatkan harga diri dan menidentifikasi aspek positif pasien isyarat bunuh diri
Oriantasi
“Assalamualaikumba M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Bagaimana, Masi adakah doorongan M’ba Ayu untuk mengaihiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih M’ba miliki serta aspek positif dalam diri M’ba, bukannya M’ba masih punya keluarga dan teman yang sayang dengan M’ba serta calon bayi yang Mba’kandung. Berapa lama kita akan bercakap dan mau dimana?
Tahap Kerja
“Menurut M’ba, apa saja dalam hidup M’ba yang perlu disyukuri, siapa saja yang akan sedih dan merasa rugi jika M’ba meninggal. Coba sekarang M’ba Ayu ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan M’ba. Keadaan yang bagaimana yang membuat M’ba merasa puas? Bagus!. Ternyata kehidupan M’ba Ayu masih ada yang baik dan patut di syukuri. Coba M’ba sebutkan kegiatan apa yang masih M’ba lakukan selama ini” Bagaimana kalau M’ba mencoba melakukan kegiatan tersebut lagi, mari kita berlatih.”
Terminasi
““Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Bisa M’ba sebutkan kembali apa–apa saja yang patut M’ba syukuri dalam hidup M’ba?. Ingat dan ucapkan selalu hal-hal yang baik dalam hidup M’ba jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus M’ba Ayu! Coba inggat-ingat  lagi hal-hal lain yang masih M’ba Ayu miliki dan perlu syukuri nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik? Tempatnya dimana. Namun, jika ada perasaan-perasaan yang tak terkendali segera hubungi saya ya M’ba. Permisi.

Ø  SP III Pasien: meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (pola koping) pasien isyarat bunuh diri     
Oriantasi
“Assalamualaikum M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Masi adakah keinggina untuk bunuh diri? Menurut M’ba, Apa lagi hal-hal positif yang perlu M’ba syukuri? Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? di sini saja?

Tahap Kerja
Coba ceritakan situasi yang membuat M’ba Ayu ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apa kira-kira jalan keluar dari masalah yang M’ba alami. Hemm… ternyata banyak juga yah. Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!, kalau menurut M’ba Ayu yang mana? Ya, saya setuju, Bisa di coba! “ Mari kita buat rencana kegiatan dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian baM’ba.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah yang akan M’ba Ayu gunakan? Coba dalam satu hari ini, M’ba menyelesaikan masalah yang M’ba alami dengan cara yang M’ba pilih tadi. Besok dijam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman M’ba Ayu menggunakan cara yang dipilih’.

Ø  Sp IV Pasien:  Menyusun rencana Masa depan
 Oriantasi
“Assalamualaikum M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Masi adakah keinggina untuk bunuh diri?. Saya rasa pasti sudah tidak ada. Menurut M’ba, Apa lagi cara mengatasi masalah yang selama ini timbul? Sekarang kita akan berdiskusi tentang rencana maa depan ibu dan cara mencapainya. Mau berapa lama? di sini saja?
Tahap Kerja
Coba ceritakan apa rencana M’ba Ayu dimasa depan setelah keluar dari sini nanti. Bagus!!. Ternyata M’ba mempunyai rencana yang luar biasa bagus dan masih mempunyai semangat hidup yang besar. Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing rencana tersebut dan bagaimana cara mencapai masa depan yang M’ba ingginkan. Mari kita pilih cara yang paling baik dan realistis!, kalau menurut M’ba Ayu yang mana? Ya, saya setuju, Bisa di coba! “ Mari kita buat rencana kegiatan dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian M’ba agar masa depan yang M’ba rencanakan dapat tercapai.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mencapai rencana masa depan yang M’ba Ayu gunakan? Coba mulai sekarang, M’ba melakukan kegiatan/rencana tersebut dengan cara yang M’ba pilih tadi. Besok dijam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman M’ba Ayu menggunakan cara yang dipilih’. Saya harap M’ba tetap semangat, saya yakin masa depan yang M’ba ingginkan pasti M’ba dapatkan”. Saya permisi dulu…..

KELUARGA
Ø  SP I Keluarga: mendiskusikan masalah dan mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang beresiko bunuh diri

Orientasi:
“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, kenalkan saya perawat Nova yang merawat Anak Bapak/Ibu di rumah sakit ini”.
“ Bagaiman kalua kita berbincang-bincang tentang cara merawat agar M’ba Ayu tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana apa Bapak/Ibu bersedia? Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita mengawasi terus M’ba Ayu.
Tahap Kerja
‘Apa masalah atau kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat M’ba Ayu?.
“Oww….Begini Bapak/Ibu, M’ba Ayu sedang mengalami putus asa yang sangat berat akibat kekasihnya yang telah menghamili dan meninggalkannya menikah dengan wanita lain ini terjadi, sehingga sekarang ia selalu inggin mengaikhiri hidupnya karena merasa tak berguna.
“Bapak/Ibu sebaiknya baM’ba dan M’ba memperhatikan benar-benar munculnya dan tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang melakukan bunuh diri menunjukan gejala melalui percakapan misalnya”saya tidak inggin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar M’ba Ayu mengatakan hal tersebut?”
“ Jika Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala seperti itu, mata sebaiknya Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari M’ba Ayu secara serius. Pengawasan terhadap M’ba Ayu pun harus ditingkatkan, Jangan tinggalkan atau biarkan beliau sendiri dirumah atau jangan biarkan mengunci diri dikamar. Kalau menemukan dan tanda dan gejala tersebut, dan menemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri. Seperti tali tambang, silet, gunting, ikat pinggang, pisua serta benda tajam lainnya yang mungkin bisa di gunaka untuk melukai diri, sebaiknyan dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan hal tersebut. Katakana Bapak/Ibu serta keluarga bahwa sayang pada M’ba Ayu dan katakana juga kebaikan-kebaikannya.
“ Selain itu usahakan 5x sehari Bapak/Ibu memuji beliau dengan tulus tapi tidak berlebihan”. “Tetapi jika sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak bisa diatasi segera rujuk kepuskesmas untuk mendapatkan peraeatan yang serius. Setelah kembali kerumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar M’ba Ayu terus berobat untuk mengatasi keingginan bunuh dirinya.
Karena kondi M’ba Ayu yang dapat saja nekat mengakhiri hidupnya sewaktu-waktu, kita semua harus mengawasi M’ba Ayu terus menerus. Bapak/Ibu Bapak/Ibu juga kami minta partisipasinya untuk juga dapat mengawasi M’ba Ayu ya… pokoknya baM’ba Ayu tidak boleh ditinggal sendiri  sedikitpun untuk sementara karena dalam kondisi serius”
“Jika Bapak/Ibu berbicara pada M’ba Ayu focus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negative”. “Selain itu sebaiknya M’ba Ayu pumya kegiatan positif seperti melakukan hobinya bermain music, menyulam dll supaya M’ba Ayu tidak sempat melamun sendiri”.
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara untuk mengatasi perasaan inggin bunuh diri dan merawat pasien resiko bunuh diri?”
Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang belum jelas atau mau ditanyakan?. Bapak/Ibu tolong bisa diulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga yang inggin bunuh diri?”. Ya, Bagus jika Bapak/Ibu sudah mengerti. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk membicarakan cara-cara meningkatlkan harga diri M’ba Ayu dan penyelesaian masalahnya pada pertemuan akan datang”. “ Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau begitu sampai bertemu lagi besok disini”. Terima kasih atas waktunya.

Ø  SP II Keluarga: Melatih dan mempraktekan cara merawat pasien resiko bunuh diri
Orientasi:
“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, sesuai janji kitakemarin lalu alhamdullah kita sekarang bisa bertemu lagi”. Bagaimana Bapak/Ibu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien resiko bunuh diri yang kita bicarakan minggu lalu?”.
“ Sekarang kita akan mempraktekkan cara-cara merawat tersebut ya Bapak/Ibu?” “ Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke M’ba Ayu ya?”
“Bapak/Ibu berapa lama waktu mau kita latihan?”
Tahap Kerja
“Sekarang anggap saya M’ba Ayu yang mengatakan inggin mati saja, coba baM’ba dan M’ba praktikan cara berkomunikasi yang benar jika sedang berada dalam keadaan seperti ini”    “Bagus, cara Bapak/Ibu sudah benar”                                                                                                 “Sekarang coba praktekan cara member pujian kepada M’ba Ayu?”                                                 “Bagus, Kemudian bagaimna jika cara memotivasi M’ba Ayu minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?”                                                                                                 “Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat M’ba Ayu?”                                 “Bagaimana Jika sekarang kita mencobanya langsung kepada M’ba Ayu?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada klien)
Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu berlatih cara merawa M’ba Ayu di Rumah?” “Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah kita lakukan tadi setiap kali membesuk M’ba Ayu”  “ Baiklah bagaimana kalau 2/3 hari lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini dan kita kan mencoba lagi cara merawat M’ba Ayu sampai Bapak/Ibu lancr melakukannya”. “Jam berapa Bapak/Ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya Bapak/Ibu”

Ø  SP III Keluarga: Perencanaan pulang bersama keluarga/Aktivitas di rumah dengan pasien resiko bunuh diri
Orientasi:
“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, hari ini M’ba Ayu sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita membicarakan jadual M’ba Ayu selama dirumah “berapa lama kita bias diskusi?, baik mari kita diskusikan.”
Tahap Kerja
“Bapak/Ibu, ini jadual M’ba Ayu selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”       “ Hal-hal yang perlu diperhatikanlebih lanjut adalah perilaku yang diitampilkan oleh M’ba Ayu selama dirumah. Kalau misalnya M’ba Ayu Mengatakan terus menerus inggin bunuh diri, tampak M’ba gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong Bapak/Ibu sekeluarga hubungi perawat di puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telpon puskesmas yang bias di hubunggi (0370) 140791.
Terminasi
“Bagaimna Bapak/Ibu ada yang belum jelas?” ini jadual kegiatan harian M’ba Ayu untuk dibawah pulang. Ini surat rujukan untuk perawat di puskesmas Selaga Alas, jangan lupa control ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.


Komentar

Anonim mengatakan…
tetap semangat buat askep, jangan cuma amk ok mantap
Ners. Nova fitria mengatakan…
Anonim: yaa..makasih..OMK maksudx mas brow?!
Sari OktaViana mengatakan…
baguss!tetap semangatt berkarya!!

Posting an populer

KONSEP KEHILANGAN DALAM KEPERAWATAN

Tips dan Trik Lulus CPNS 2021

Singang Khas Sumbawa