TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN SBAR

Contoh Scipt penerapan teknik komunikasi SBAR di Rumah Sakit   Situation (s) Sebutkan: Salam, Identitas pelapor dan asal ruang perawatan, Identitas pasien, dan Alasan untuk melaporkan kondisi pasien, secara subyektif dan obyektif. Dengan kata-kata: Assalamualaikum/Selamat pagi/siang/malam dok, saya Perawat Dewi dari ruangan HCU RSUD Provinsi NTB, Hendak melaporkan pasien Tn/Ny/An. X. Saat ini kondisi pasien Apatis/gelisah dengan GCS E4V3M5 tanda-tanda vital. TD: 90/52 mmHg MAP 65 , N: 65x/mnt, RR: 30X/mnt, SPO2 : 96%. Produksi drain dalam 3 jam post op sebanyak 500cc. Urin 100 cc pekat.    Background (B) Sebutkan: Latar belakang pasien, yaitu Riwayat Penyakit Sekarang (RPS), Alasan pasien dirawat inap (bila rawat inap), Pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan  Terapi yang diterima pasien sampai saat itu (yang signifikan).   Diagnosa medis Ca. Endemotrium post His

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPOTIROIDISME

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Di Indonesia telah diadakan penelitian pada anak sekolah dasar antara tahun 1980-1982 di 26 provinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih dari 10% apda 68,3% dari 966 kecamatan yang diperiksa, dan di beberapa desa lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.
Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari 878 kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data terdahulu prevalensi gondok yang terlihat (visible goiter prevalences) menurun sekitar 37,2 sampai 50%.
Tahun 1991, dilakukan survei di Indonesia bagian Timur (Maluku, Irian Jaya, NTT, Timor Timur) pada 29.202 anak sekolah dan 1749 ibu hamil, didapatkan gondok pada anak sekolah 12-13% dan ibu hamil 16-39%. Kemudian pada tahun 1996, dilakukan survei di 6 propinsi, didapatkan gondok 3,1-5%, di Maluku 33%.
Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok dan kadar yodium dalam urin.
Berdasarkan data survei pada tahun 1980-1982, diperkirakan 75.000 menderita kretin, 3,5 juta orang dengan gangguan mental, bahkan di beberapa desa 10-15% menderita kretin.
Dari data hasil penelitian pada anak sekolah dasar. maka pengertian tentang kekurangan yodium sudah jauh dari hanya menyebabkan gondok saja. Yakni menyebabkan pada tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan otaknya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian

Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal. (Smeltzer C. Suzanne, 2001)
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid. (Baradero,2009)
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme adalah defisiensi aktivitas tiroid. Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.Pada remaja, manifestasinya merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat dan hanya gejala ringan bentuk dewasa (Kamus Kedokteran Dorland).

B.     Prognosis
Jenis  Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme  mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya   hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis  hipotiroidisme tersier.


1.    Primer
a)      Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
b)      Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
2.    Sekunder: kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas).

C.    Klasifikasi
Dalam buku kesehatan Anak, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Bawaan (kretinisme)
a. Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
b. Kelainan hormogonesis:
~ Kelainan bawaan enzim (inborn error)
~ Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
~ Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)

2. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
a. Idiopatik (autoimunisasi)
b. Tiroidektomi
c. Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
d. Pemakaian obat anti-tiroid
e. Kelainan hipofisis.
f. Defisiensi spesifik TSH

Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
1)      Hipotiroidisme sentral (karena kerusakan hipofisis/hipotalamus);
2)      Hipotiroidisme primer (apabila yang rusak kelenjar tiroid) merupakan yang paling banyak ditemukan;
3)      Hipotiroidisme karena sebab lain (farmakologis, defisiensi yodium,kelebihan yodium dan resistensi perifer).

Hipotiroidisme sentral
Hipotiroidisme Primer
Hipotiroidisme sebab lain
-  Jika gangguan faal tiroid terjadi karena ada kegagalan di hipofisis disebut hipotiroid sekunder(secondary hypothyroidism)”.
-  Jika kegagalan terletak di hipotalamus hipotiroid tersier(tertiary hypothyroidism)”.
-  Tumor, infiltrasi tumor.
-  Nekrosis iskemik (sindrom Sheehan pada hipofisis)
-  Iatrogen (radiasi operasi)
-  Infeksi (sarcoidosis, histiosis)

-  Hipo- atau agenesis kelenjar tiroid.
-  Destruksi kelenjar tiroid (pasca radiasi, tiroiditis autoimun- hashimoto, tiroiditis De Quervain (subakut), post partum tiroiditis, pasca operasi,karsinoma)
-  Atrofi (berdasar autoimun)
-  Dishormonogenesis sintesis
-  Hipotiroidisme transien / sepintas, merupakan keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang (Tiroiditis De Quervain, silent thyroiditis, tiroiditis post partum,hipotiroidisme neonatal sepintas)
-  Obat-obatan. Beberapa obat diantaranya methimazole (Tapazole), propylthiouracil (PTU), Obat psikiatris lithium (Eskalith, Lithobid), amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s solution
-  Kekurangan yodium yang berat. Terjadi di daerah yang kekurangan yodium dalam makanan
-  Kelebihan yodium kronis.

D.    Etiologi

1.    Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior
              Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior akan menyebabkan rendahnya kadar TRH (Thyroid Stimulating Hormone) dan TSH (Thyrotropin Releasing Hormone), yang akan berdampak pada kadar HT (Hormon Tiroid)  yang rendah.

2.    Malfungsi kelenjar tiroid
Kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TRH dan TSH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
3.      Sebab-sebab bawaan (kongenital)
a.       Ibu kurang mendapat bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb)
          Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang. Pada daerah-daerah dari dunia dimana ada suatu kekurangan yodium dalam makanan, hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5% sampai 15% dari populasi.

b.      Pengobatan yodium radio-aktif
Pasien-pasien yang telah dirawat untuk suatu kondisi hipertiroid (seperti penyakit Graves) dan menerima yodium ber-radioaktif mungkin menimbulkan sedikit jaringan tiroid yang tidak berfungsi setelah perawatan. Kemungkinan dari ini tergantung pada sejumlah faktor-faktor termasuk dosis yodium yang diberikan, bersama dengan ukuran dan aktivitas dari kelenjar tiroid. Jika tidak ada aktivitas yang signifikan dari kelenjar tiroid enam bulan setelah perawatan yodium ber-radioaktif, biasanya diperkirakan bahwa tioroid tidak akan berfungsi lagi secara memadai. Akibatnya adalah hipotiroid.
c.         Induksi obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk merawat suatu tiroid yang aktif berlebihan (hipertiroid) sebenarnya mungkin menyebabkan hipotiroid. Obat-obat ini termasuk methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU). Obat psikiatris, lithium (Eskalith, Lithobid) adalah juga diketahui merubah fungsi tiroid dan menyebabkan hipotiroid. Menariknya, obat-obat yang mengandung suatu jumlah yang besar dari yodium seperti amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s solution dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi tiroid, yang mungkin berakibat pada tingkat-tingkat darah dari hormon tiroid yang rendah.
4.    Idiopatik.
e. Hashimoto’s Thyroiditis. Hashimoto’s adalah suatu penyakit autoimun dimana sistim imun tubuh secara tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya membesar (gondokan) dan mempunyai suatu kemampuan yang berkurang untuk membuat hormon-hormon tiroid.  Kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis genetik. Contoh-contoh darah yang diambil dari pasien-pasien dengan penyakit ini mengungkapkan suatu jumlah yang meningkat dari antibodi-antobodi pada enzim ini, thyroid peroxidase (antibodi-antibodi anti-TPO).
5. Sebab-sebab yang didapat (acquired):
a.    Tiroiditis limfositik menahun
Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan disebabkan oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu limfosit, kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic thyroiditis. Pada kasus-kasus ini, biasanya ada suatu fase hipertiroid (dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang berlebihan bocor keluar dari kelenjar yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase hipotiroid yang dapat berlangsung sampai enam bulan.

b.    Tiroidektomi.
Karsinoma tiroid dapat sebagai penyebab, tetapi tidak selalu menyebabkan hipotiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi. Tiroidektomi merupakan pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi, yang biasanya akan diikuti oleh hipotiroid. Selain itu, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid, semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. (Price, 2000).


c.    Defisiensi yodium (gondok endemik).
Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). (Price, 2000).

E.     Gambaran Klinis

1)      Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2)      Penurunan  frekuensi  denyut  jantung,  pembesaran  jantung  (jantung  miksedema),  dan penurunan curah jantung
3)      Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4)      Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
5)      Konstipasi
6)      Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7)      Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.
Manifestasi klinis persistem:
1)      Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
2)      Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsnea.
3)      Sistem kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, hipotensi, toleransi terhadap aktivitas menurun.
4)      Metabolik: penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5)      Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang melambat
6)      Sistem neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
7)      Sistem gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi, distensi abdomen.
8)      Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang
9)      Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.

F.     Pemeriksaan Diagnostik

1)      Laboratorium
-       T4 Serum: Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio immunoassay pada hipotiroid ditemukan kadar T4 serum normal sampai rendah. Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hinnga 150 nmol/L)
-        T3 Serum: Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan normal-rendah. Normal kadar T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L
-       Tes T3 Ambilan Resin: Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang dari 25% (0,25)
-       Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon): Pada hipotiroid yang disebabkan oleh keadaan kelenjar tiroid maka akan ditemukan peningkatan kadar TSH serum.
2)      Radiologis
USG atau CT scan tiroid (menunjukkan ada tidaknya goiter),  X-foto tengkorak (menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior), dan Tiroid scintigrafi.
3)      Skor Apgar Hipotiroid Kongenital
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid kongenital.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital
Gejala klinis
Skore
Hernia umbilicalis
2
Kromosom Y tidak ada (wanita)
1
Pucat, dingin, hipotermi
1
Tipe wajah khas edematus
2
Makroglosi
1
Hipotoni
1
Ikterus lebih dari 3 hari
1
Kulit kasar, kering
1
Fontanella posterior terbuka (>3cm)
1
Konstipasi
1
Berat badan lahir > 3,5 kg
1
Kehamilan > 40 minggu
1
Total
15

G.    Komplikasi

-       Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
-       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.
-       Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala dengan segera.

H.     Penatalaksanaan
1.      Pengobatan
Hipotiroidisme   diobati   dengan   menggantikan   kekurangan   hormon   tiroid,   yaitu dengan  memberikan  sediaan  per-oral  (lewat  mulut).  Yang  banyak  disukai  adalah  hormon tiroid  buatan  T4.  Bentuk  yanglain  adalah  tiroid  yang  dikeringkan  (diperoleh  dari  kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan  pada  penderita  usia  lanjut  dimulai  dengan  hormon  tiroid  dosis  rendah, karena  dosis  yang  terlalu  tinggi  bisa  menyebabkan  efek  samping  yang  serius.  Dosisnya diturunkan  secara  bertahap  sampai  kadar  TSH  kembali  normal.  Obat  ini  biasanya  terus diminum sepanjang hidup penderita. obat pilihannya adalah sodium levo-thyroxine.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai   pengganti hormon tiroid.  Apabila  penyebab  hipotiroidism  berkaitan  dengan  tumor  susunan  saraf  pusat,  maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

2.      Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara serak.

I.       Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
·         Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
·         Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
·         Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.  Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
Karena sebab-sebab yang dijelaskan di atas maka akan terjadi gangguan metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini, menyebabkan produksi ADP dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta terjadinya penurunan fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi dan timbul dyspneu kemudian pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP dan ADP dalam tubuh juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama jantung karena suplai oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah bradycardia, disritrmia dan hipotensi.
Gangguan pada sistem sirkulasi juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa terjadinya gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak. Selain itu gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan pada fungsi gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya fungsi peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi. Metabolisme yang terganggu juga berdampak pada turunnya suhu tubuh karena produksi kalor yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu dingin.



*     

Suplai Oksigen ke Jaringan berkurang

 


Kelainan Fungsi Pernapasan
 

Kontipasi
 

Penurunan absorbsi cairan
 

Suplai Oksigen ke otak berkurang
 

Perubahan Pola Kognitif
 

Perubahan proses berpikir
 

Pruduksi ATP dan ADP menurun
 

Kelelahan
 

Intoleransi aktivitas
 

Penurunan Fungsi Pernapasan
 

Defresi  Ventilasi
 

Pola Napas Tidak Efektif
 

Penurunan Fungsi Gastrointestinal
 

Peristaltik usus menurun
 

Perubahan Suhu Tubuh
 

Produksi kalor menurun
 

G3 Metabolisme
 

Produksi Hormon Tiroid
 

Sekresi TSH Menurun
 

Gangguan Fungsi Hipotalamus/ Hipofisis
 

Gangguan Organik Kelenjar Tiroid
 
Path-Way
















 












BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPOTIROIDISME
       I.            Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain
1.      Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2.      Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
a. Sistem pulmonari
b. Sistem pencernaan
c. Sistem kardiovaslkuler
d. Sistem muskuloskeletal
e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
f. Sistem reproduksi
g. Metabolik
5. Pemeriksaart fisik mencakup
a.    Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat
b.    Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
c.    Perbesaran jantung
d.   Disritmia dan hipotensi
e.    Parastesia dan reflek tendon menurun
6. Pengkajian psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
7.    Pemeriksaan penunjang mencakup;
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal)

    II.            Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

1.       Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
a.       Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b.      Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c.       Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d.      Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

2.      Perubahan suhu tubuh, hipotermi berhubungan dengan penurunan status metabolic sekunder
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
a.       Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b.      Hndari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
c.       Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema

d.      Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.

3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi
a.       Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b.      Berikan makanan yang kaya akan serat
Rasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c.       Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
d.      Pantau fungsi usus
Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
e.       Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
f.       Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
Rasional : Untuk mengencerkan fees.

4.      Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yg diresepkar,
Intervensi
a.       Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien
b.      Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
c.       Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
d.      Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
e.       Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.

5.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi
a.       Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b.      Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c.       Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d.      Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.

6.      Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
Intervensi
a.       Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
b.      Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam
Rasional : Memudahkan  stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
c.       Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit . .
d.      Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang te


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan

            Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
-     Hipotiroidisme sentral (karena kerusakan hipofisis/hipotalamus);
-     Hipotiroidisme primer (apabila yang rusak kelenjar tiroid) merupakan yang paling banyak ditemukan;
-     Hipotiroidisme karena sebab lain (farmakologis, defisiensi yodium,kelebihan yodium dan resistensi perifer).

Komplikasi yang teradi pada pasien dengan hipotiroidisme:
-       Koma miksedema
-       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
-       Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala dengan segera.

B.   
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruuner dan Suddarth Edisi 8, Volume 2. Jakarta: EGC.

Dr. Olly Renaldi, Sp. PD K-EMD. 2009. Hipotiroidisme. http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/hipotiroidisme/
Indra boemi poername. 2010. Hipotiroidisme. http://ndrapoername.blogspot.com/2010/05/hipotiroidisme.html

Komentar

Posting an populer

Tips dan Trik Lulus CPNS 2021

5 TIPS & TATA TERTIP BERKUNJUNG KE RUMAH SAKIT

ARTI KATA MANIFESTASI